Batubara

Aswaja Batubara Desak Pemkab Batubara dan Pemprovsu Berikan Insentif Petani

post-img

Batubara, (LADANG BERITA) - Melihat perkembangan wabah Covid-19 yang makin masif, termasuk dampak ekonomi yang ditimbulkan, pendiri Aswaja Batubara mendesak Pemerintah Kabupaten Batubara dan Gubernur Sumatera Utara memberi insentif kepada petani, dan mempertimbangkan betul kesiapan bahan pokok, termasuk pendistribusian logistik.

"Aswaja Batubara meminta pemerintah segera memberikan insentif kepada petani di tengah wabah Covid-19", kata pendiri sekaligus Ketua Aswaja Batubara, Jasmi Assayuti saat dijumpai di Pendopo Aswaja, Desa Titi Merah, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, Kabupaten Batubara. 

Mencermati situasi yang mengkhawatirkan ini, lanjutnya, Aswaja hanya terpikir yang terpenting adalah pemerintah daerah maupun provinsi perlu memperhatikan daya dukung dan kesiapan sektor pangan, serta ketersediaan bahan pokok.

"Apakah benar stok pangan kita di Batubara ini sudah cukup untuk mengatasi kemungkinan terburuk. Kemudian, distribusi logistiknya bagaimana?", tanya Jasmi. 

Ditegaskan Jasmi, pemerintah tidak cukup hanya bilang aman. Pemerintah harus bisa memberikan garansi jika memang ketersediaan pangan memang benar-benar aman.

Menurutnya, jika sektor pangan lumpuh di saat masyarakat menghadapi krisis kesehatan, maka situasi bisa memburuk dengan cepat. 

"Pemerintah harus benar-benar menyiapkan antisipasi kesiapan stok bahan pangan, termasuk mitigasinya jika produksi pangan ambruk", ujarnya. 

“Saat ini saja masyarakat sudah merasakan dampaknya. Beberapa komoditas sudah mulai langka di pasaran. Harganya juga terus melambung naik. Harga impor sembako terpengaruh besar karena hampir semua kebutuhan bahan pokok kita impor, terutama dari China,” imbuhnya. 

Dalam situasi krisis seperti sekarang, kata Jasmi, sudah seharusnya kita mengandalkan sumber daya nasional untuk bertahan. Negara harus membeli hasil panen petani terlebih dahulu sebelum memutuskan impor untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. 

"Hal ini bukan saja untuk menjamin ketersediaan pangan, tapi juga menguatkan solidaritas, spirit gotong royong, juga meningkatkan daya beli masyarakat", tuturnya. 

Pandemi Covid-19, menurut pria kelahiran Desa Titi Merah itu, harus dimanfaatkan untuk memaksimalkan produk lokal (dalam negeri). Pemerintah harus mendorong penggunaan produk sendiri, dan jangan bergantung dengan impor.

"Ini sebenarnya tergantung pemerintah. Kita punya produk dalam negeri tidak terbilang banyaknya. Tinggal ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya, kalau memang dirasa kurang. Kalau soal harga, jika memang situasi saat ini harga naik, selama hasilnya buat petani kita, kan, oke saja. Nggak masalah. Ini untuk memperkuat pangan nasional, memperkuat petani kita", tegasnya.  

Ia mengaku yakin, Batubara bisa swadaya, baik beras maupun komoditas lainnya. Pemerintah tidak perlu melakukan impor. Sebab petani kita memiliki stok gabah yang berlebih (surplus).

Dia mengingatkan, dalam Islam pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bertani merupakan pekerjaan yang amat dihargai.

"Petani adalah penyambung kehidupan, pengolah kekayaan negara, dan tanggul ekonomi negeri", kata Jasmi mengutip pernyataan pendiri Nahdhatul Ulama (NU), Hadratussyekh Hasyim Asy'ari.

Dijelaskannya, jika sebuah negeri atau masyarakat tidak menghargai petani, maka negeri tersebut secara perlahan-lahan tengah mengeroposkan pertahanan ekonominya sendiri.

"Makanya, baik Al-Quran, Hadis, maupun kitab-kitab klasik menyebutkan bagaimana pertanian mendapat perhatian yang sangat penting dalam ajaran Islam,” jelasnya.  

Melihat pentingnya petani dan pertanian bagi masyarakat Indonesia, tambahnya, maka perlu dipikirkan mekanisme kompensasi ekonomi untuk sektor produksi pangan yang ikut terpapar wabah Covid-19.  

“Wabah Covid-19 ini telah memukul perekonomian global. Pemerintah harus memikirkan memberikan insentif bagi petani, baik insentif benih, pupuk, termasuk pembiayaan kredit bagi petani,” pungkasnya. (Muis)

Berita Terkait