Batubara - (LADANG BERITA) Polusi udara masih menjadi masalah global sebagai salah satu akibat aktivitas manusia terutama dalam dunia lndustri.
Mengingat dampak negatifnya bagi kesehatan manusia, tidak ada pilihan lain untuk mencegah peningkatan polusi udara.
Setiap orang diundang berpartisipasi untuk menyelamatkan bumi, PT Multi Mas Nabati Asahan sejak beroperasi pada 1996 justru merubah 'Surga' di Kuala Tanjung menjadi 'Neraka'.
Yunara, salah seorang warga setempat yang juga ikut terdampak mengatakan "'Surga di Desa Kuala Tanjung dan Kampung Lalang kini sudah berubah menjadi bak 'neraka' setelah desa kami 80 persen dilanda salah satu Cerobong Asap terdahsyat dari PT Multi Mas Nabati Asahan," kata Yunara kepada Kontra.ID, Sabtu, (18/4/2020).
Paradise atau 'Surga' dalam Bahasa Indonesia, kini sudah hampir tidak memperlihatkan adanya tanda-tanda udara yang segar setelah perusahaan PT. Multimas Nabati Asahan (MNA) berproduksi pada 9 September 1996 silam.
Hal itu terlihat, kata Yunara, dari adanya Cerobong Asap industri yang memproduksi minyak makan dari produk PT Multi Mas Nabati, terindikasi mempunyai cerobong asap yang mereka miliki tak sesuai dengan standard baku mutu.
Seperti diketahui, akibat cerobong asap perusahaan CPO minyak yang didindikasikan Yunara tersebut menyebut tidak memenuhi kriteria, kualitas udara di Kuala Tanjung menjadi tercemar dan berdampak buruk kepada kesehatan mereka.
"Kehancuran polusi udara akibat Cerobong Asap ini luar biasa besar," kata dia meski warga sudah mengingatkan PT MNA itu, tetap saja perusahaan tidak perduli, justu warga yang punya power di desa dikotak-kotakan dan akhirnya diadu domba oleh pihak PT MNA.
Selain itu, Yunara juga bilang, setiap harinya lingkungan mereka dihadiyahi bau busuk yang menyembur di desa itu juga berasal dari limbah pabrik PT MNA
"Banyak juga warga yang terdampak segera menaikkan kaca jendela," kata dia, baunya kayak bau tahi, sesak nafas menciumnya hampir 24 jam bau pabrik juga mengotori udara," tambahnya.
Tak hanya itu, Penghasilan para nelayan lokal juga ikut terganggu, merusak ekosistem sungai, mengubah wilayah tangkap nelayan sungai, hingga memisah manusia dari sungai. "Banyak nelayan juga yang mengadu jaringnya kena lemak-lamak imbas dari limbah dari minyak PT Multi Mas," tambahnya.
Bahkan 10 kilometer jarak dari PT Multi Mas Nabati, pabrik yang memproduksi minyak Sania dan Fortune itu beroperasi. Asap putih dan hitam mengepul dari cerobong. Di sanalah, kata Yunara, "menjadi perusak kehidupan nelayan di desa kami, rata rata nelayan Sungai Sei Padang yang menjadi korban,".
“Biasa kalau sudah hujan, hitam air itu sungai. Kayak oli. Baunya kayak bau tahilah,” tambah Yunara.
Di pusat Industri maupun di wilayah pinggiran PT Multi Mas Nabati Asahan, Yunara memyebut, "yang pasti, hampir tidak ada lagi rumah tersisa udara yang segar untuk dihirup karna limbah dan asap dari PT Multi. Sebagian besar rumah di sekitar lokasi pabrik di tahun ini adalah yang terparah.," Tegasnya.
PT Multi Mas Nabati Asahan, lanjut Yunara selama berproduksi sejak tahun 1996 itu hingga saat ini tak mampu menghilangkan karbon dioksida (CO2) yang muncul dari cerobong-cerobong asap termasuk yang telah mengumpul di atmosfer.
Termasuk juga dampak limbah mereka yang dibuang ke sungai, karna mereka limbahnya ada limbah harian dan limbah yang dibuang setiap kali hujan,"
 kata dia makanya sungai mereka kadang selalu menghitam.
Dia pun terheran, terdapatnya sebuah cerbong Asap yang kerap memicu rusaknya udara di sekitar lingkungan pabrik dan rusaknya pendapatan nelayan atas limbah yang dibuang ke sungai itu, secara ajaib tidak pernah tersentuh hukum.
"Jangan kan disentuh hukum, sidak dari dinas Lingkungan Hidup terkait Cerbong tidak pernah," ungkapnya.
Akibatnya, Kebanyakan korban dilingkungan yang terdampak cerbong Asaptersebut mengalami sesak napas yang berkelanjutan, meski demikian, Yuna menyebut memang belum ada korban yang meninggal dalam kasus ini.
Begitu juga dengan pembuangan limbah mereka ke sungai, dia menyebut "hingga saat ini yang terkena dampak adalah kebanyakan nelayan dari Sungai Padang, Limbah PT MNA juga ikut memperburuk keadaan Nelayan"
Dia juga khawatir akan Asap pabrik PT Multi Mas nabati itu juga bisa menimbulkan atau menjadi pemicu dari terjadinya hujan asam. Asap pabrik PT Multi Mas Nabati yang biasanya dibuang melalui cerobong asap ke udara, masih kata Yunara,
"hingga saat ini masih menjadi penyumbang asap terparah di kampung kami, apabila asap itu sudah naik ke udara, maka dapat kami sumbernta itu dari PT Multi Mas Nabati Asahan," ucapnya.
Begitu juga "apabila sungai di kampung kami tercemar, aku berani jamin sumbernya dari PT multi,"
Sementara Amelia, warga yang juga ikut terdampak cerbong asap berharap agar PT Multi segera mencari solusi ke warga setempat.
"Kami ini orang awam. Tidak tahu harus kemana dalam mencari solusi. Karena ini kalau dibiarkan, kasihan keturunan kami, orang fikir mati karna sakit, eh mana tau tiba-tiba matinya karna menghirup udara yang tidak sehat siapa yang mau tau soal itu," katanya.
Meski belum ada penyelidikan akan hak tersebut, dia tidak minta perusahaan ditutup, dia hanya minta agar pihak PT Multi membantu masayrakat agar mereka hidup degan udar segar.
"Jadi Tolong bantu kami. Kami bukan mau PT MNA ditutup, kami ingin (limbah) gas yang cemari udara itu ada solusinya," katanya.
kepala Humas PT Multi Mas Agus Sunyoto belum merespon saat dikonfirmasi melalui panggailan telpon maupun via What's App.
Hingga berita ini digubrik, masih berusaha menghubungi pihak PT Multi Mas Nabati Asahan untuk meminta tanggapan prihal ini, hingga berita ini digubrik, belum mendapat respons dari mereka. (Ramli)
 
                                    .jpg)

 
                        
 
                                                         
                                                         
                                                        


 
                                 
                                 
                                 
                                 
                                