LDberita.id - Salah satu fokus perhatian Menteri Agama RI (Gusmen) adalah menjaga kemuliaan umat dalam posisinya yang mayoritas di negeri ini. Upaya menjaga kemuliaan umat tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari dedikasi dan perjuangan keumatan yang beliau tekuni sejak aktif sebagai agamawan dan cendekiawan Muslim.
Salah satu cobaan bagi kemuliaan umat yang mayoritas ini adalah, apakah mereka dapat menegakkan sikap adil dan mengayomi bagi semua umat di negeri yang pluralis bernama Indonesia.
Wilayah yang sering menjadi ujian adalah bagaimana umat bersifat elegan, mulia, dan mengayomi dalam pelaksanaan ibadah. Sebab sejatinya ibadah adalah memuliakan Tuhan, dan memuliakan Tuhan memiliki konsekuensi memuliakan ciptaan-Nya, terutama manusia, apa pun bentuk agama dan kepercayaannya.
Sampai di sini menata teknik- teknik dan fasilitas-fasilitas peribadatan merupakan bagian dari kerja memuliakan Tuhan. Nampaknya disinilah harus kita letakkan upaya Gusmen menjaga kemuliaan umat melalui pengaturan volume ngaji dan azan agar kesemarakan ibadah dan syi’ar Islam tetap sejajar dengan kemuliaan dan pengayomannya terhadap semua umat yang ada di sekitarnya.
Keharmonisan dan Kesempatan Berbuat Baik
Ada teman saya, Prof Madya Ismail Luthfi Japhakiya, Rektor Patoni University Thailan yang didaulat tokoh-tokoh Budha sebagai Ketua Forum Kerukunan Umat Brragama di negerinya. Saat dia bertanya pada tokoh-tokoh agama Budha yang menyepakatinya sebagai ketua forum kerukunan umat beragama, para tokoh Budha mengatakan “kami ingin memuliakan agama kami dan menghormati anda beserta keyakinan anda”.
Betapa indahnya kebersamaan ini bila mereka yang mayoritas berupaya menjaga kemuliaan umatnya dengan menghormati dan mengayomi umat yang minoritas. Bila jalan pikiran ini dapat diterima maka menjaga kemuliaan umat dengan menghormati dan mengayomi yang lain, yang dikedepankan Gusmen, adalah bagian dari gerakan keharmonisan yang bersifat universal. Semoga Pak Menteri selalu sehat..
Bermisal Untuk Umat
Al-Qur’an juga yang mengingatkan kita bahwa Allah tidak malu memberi permisalan semacam nyamuk, bahkan lebih rendah dari itu, untuk memberi pemahaman dan kesadaran kepada manusia akan kebenaran agama ini.
Dari rentetan kalimat yang digunakan Gusmen tidak terdapat kecenderungan dan maksud merendahkan, bahkan terlihat secara kentara ingin menunjukkan kemuliaan Islam, dan dengan demikian juga sebagai pengayoman terhadap yang lain.
Memang, upaya-upaya memunculkan kesadaran baru yang kerap dikedepankan Gusmen sering menyentakkan kita akan sesuatu yang menjadi kebiasaan, sehingga kita sering lupa mengevaluasinya.
Sebagai pengayoman terhadap umat brragama di negeri besar ini, akan sangat indah bila kita menghargai upaya-upaya Gusmen dalam memajukan negeri ini dari sudut kehidupan brragama.
Hal tersebut menjadi sesuatu yang kita hargai dan apresiasi karena seringkali kita mengurus kemajuan agama ini tidak selalu total karena faktor-faktor kehidupan domestik kita. Tapi Gusmen, telah mendedikasikan segala kemampuan beliau untuk memajukan Indonesia dari sudut keberagamaan sesuai amanat yang diembannya. Semoga Allah terus menjaga Indonesia dan memurahkan tezeki penduduknya. Wa Allahu A’lamu bi al- Shawab.*** (Tim)
.jpg)





