LDberita.id - Batubara, Pemerintah Desa Perkebunan Dolok telah mengumumkan serangkaian penggunaan Dana Desa Tahap III Tahun Anggaran 2023 yang mencakup pembangunan infrastruktur, kesehatan, pemberdayaan masyarakat, hingga pengembangan budaya.
Meskipun langkah ini tampak menjanjikan, beberapa warga setempat yang tidak ingin disebutkan namanya menilai realisasi anggaran ini belum sepenuhnya efektif dan berpotensi mengundang penyalagunaan anggaran terkait transparansi dan dampaknya terhadap masyarakat.
Dana sebesar Rp 12.755.000 dialokasikan untuk penyuluhan kesehatan dan pelatihan kader Posyandu. Namun, beberapa warga mempertanyakan sejauh mana pelatihan ini benar-benar meningkatkan pelayanan kesehatan di desa.
Hingga kini, keluhan terkait kurangnya akses terhadap layanan medis dan minimnya fasilitas Posyandu masih sering terdengar. Apakah alokasi anggaran desa ini hanya sekadar formalitas, ataukah hasilnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat setempat, katanya. Sabtu (16/11/2024).
Bantuan susu untuk lansia sebesar Rp 27.000.000 memang langkah positif, tetapi manfaatnya masih terbatas pada segelintir penerima.
Kritikan ini muncul terkait perlunya program yang lebih menyeluruh, seperti pemeriksaan kesehatan rutin atau penyediaan fasilitas kesehatan yang lebih memadai.
Anggaran Rp 9.000.000 untuk perbaikan jalan dan selokan tampak tidak memadai untuk mengatasi kerusakan yang ada. Warga mengeluhkan bahwa perbaikan bersifat tambal sulam tanpa rencana jangka panjang.
Pemasangan lampu jalan di 15 titik memang bermanfaat, tetapi beberapa wilayah gelap yang rawan kecelakaan masih belum tersentuh, ujarnya.
Pengadaan laptop (Rp 9.000.000), kursi aula (Rp 10.000.000), speaker aktif (Rp 10.000.000), dan teratak desa (Rp 30.000.000) menjadi sorotan utama.
Apakah pengeluaran ini merupakan kebutuhan mendesak, ataukah justru pemborosan anggaran? Beberapa warga mempertanyakan urgensi pengadaan tersebut di tengah masalah infrastruktur yang belum teratasi.
Bimbingan teknis untuk kepala desa dengan alokasi Rp 5.000.000 dinilai hanya menjadi rutinitas tanpa hasil signifikan. Warga berharap program ini menghasilkan kebijakan yang lebih inovatif dan berorientasi pada kebutuhan mereka, bukan sekadar seremonial tanpa tindak lanjut konkret.
Pelestarian budaya melalui festival kesenian dan perayaan hari besar keagamaan (Rp 12.600.000) merupakan langkah baik, tetapi beberapa kegiatan dinilai kurang melibatkan partisipasi masyarakat secara luas.
Di bidang olahraga, dana Rp 9.600.000 untuk honor pelatih dan Rp 4.500.000 untuk kontingen kepemudaan dianggap tidak sebanding dengan minimnya fasilitas olahraga yang layak di desa kami bang katanya lagi.
Kepala Desa Perkebunan Dolok berjanji bahwa seluruh program akan dikelola secara transparan.
Namun, hingga kini laporan penggunaan anggaran yang rinci belum disosialisasikan kepada masyarakat.
Beberapa pengamat mendesak pemerintah desa untuk lebih terbuka dan melibatkan warga dalam pengawasan anggaran.
Masyarakat Perkebunan Dolok mendambakan penggunaan Dana Desa yang lebih efektif dan berorientasi pada dampak jangka panjang.
Transparansi, akuntabilitas, dan pelibatan masyarakat di desa dalam proses perencanaan menjadi kunci untuk mencapai pembangunan yang inklusif dan transparan, tegasnya.
Kecurigaan masyarakat yang muncul terhadap realisasi Dana Desa Tahap III ini seharusnya menjadi evaluasi bagi pemerintah desa untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan anggaran.
Hanya dengan langkah yang benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat, Desa Perkebunan Dolok dapat menjadi desa yang maju dan sejahtera seperti yang diharapkan." tandasnya. (End)
.jpg)





