Batubara

Masyarakat Minta Dinkes Batu Bara, Jangan Biarkan Renovasi Pustu Bulan-Bulan Proyek Asal Jadi

post-img
Foto : Proyek renovasi Pustu Desa Bulan-Bulan, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, dengan anggaran sebesar Rp 260 juta, yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) 2024

LDberita.id - Batubara, Warga Desa Bulan-Bulan, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, akhirnya melihat secercah harapan setelah bertahun-tahun terpaksa menerima layanan kesehatan dari Puskesmas Pembantu (Pustu) yang nyaris rubuh.

Namun, harapan mereka kini dibayangi oleh kekhawatiran, apakah renovasi yang tengah berlangsung benar-benar akan menghasilkan bangunan yang berkualitas, atau justru berujung sebagai proyek asal jadi yang menghabiskan anggaran tanpa manfaat nyata.

Proyek renovasi Pustu ini dimulai pada Agustus 2024 dengan anggaran sebesar Rp 260.267.638,50 yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) 2024. Pelaksana proyek, CV. TRAP CEMERLANG, diberi waktu 90 hari untuk menyelesaikan pembangunan ini.

Namun, angka besar dan waktu singkat ini menimbulkan pertanyaan, apakah kualitas pekerjaan dapat dijamin dalam kondisi yang serba terburu-buru, atau apakah ini hanya sekadar formalitas untuk menutupi ketidakmampuan Dinkes Batu Bara dalam merespon kebutuhan warga.

Ramli Sinaga, pengamat sosial Batu Bara, menyuarakan kekhawatiran banyak warga. Menurutnya, sejarah panjang proyek-proyek pemerintah di daerah ini sering kali diwarnai oleh hasil yang jauh dari harapan.

"Kami sering melihat proyek yang dikerjakan dengan setengah hati, tanpa memperhatikan standar kualitas. Akibatnya, masyarakatlah yang harus menanggung akibatnya," ujar Ramli, Sabtu (07/9/2024).

Ia bahkan lebih keras menyoroti potensi korupsi dan penyalahgunaan dana dalam proyek ini. "Anggaran sebesar itu tidak seharusnya digunakan untuk sekadar tambal sulam.

Jika Pustu ini dibangun dengan bahan-bahan murah dan metode asal jadi, kita hanya akan melihat bangunan ini kembali rusak dalam hitungan bulan.

Apa gunanya renovasi jika akhirnya masyarakat tetap tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak," tanyanya.

Masyarakat tidak hanya meminta, tetapi menuntut, agar Kejaksaan Negeri (Kejari) Batu Bara dan inspektorat daerah turun tangan secara serius dalam pengawasan proyek ini.

Tanpa pengawasan ketat, besar kemungkinan dana ratusan juta ini akan hilang tanpa hasil yang memuaskan, seperti yang sering terjadi di berbagai tempat lainnya.

Kepala Dinas Kesehatan Batu Bara sendiri tampaknya paham dengan kekhawatiran ini, namun apakah sekadar kata-kata manis untuk menenangkan hati masyarakat.

Ramli menegaskan bahwa ucapan saja tidak cukup, yang dibutuhkan adalah tindakan nyata dan transparansi dalam setiap tahap renovasi. "Jangan sampai ini hanya jadi proyek 'asal bapak senang' di atas kertas, sementara di lapangan hasilnya mengecewakan.

Masyarakat sudah terlalu sering dikecewakan dengan proyek-proyek yang penuh janji, tetapi kosong dalam realisasi.

Jika renovasi Pustu Desa Bulan-Bulan ini gagal memberikan hasil yang memadai, tidak hanya kesehatan masyarakat yang terancam, tetapi juga kredibilitas pemerintah daerah Batu Bara yang akan jatuh ke titik terendah.

Tidak ada ruang untuk kesalahan atau ketidakseriusan dalam proyek yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Saat ini, semua mata tertuju pada proses renovasi yang tengah berlangsung. Apakah pemerintah Batu Bara akan membuktikan komitmennya untuk meningkatkan kualitas hidup warganya, atau justru membiarkan proyek ini menjadi satu lagi contoh kegagalan dalam sejarah pembangunan di daerah ini.

Jawabannya akan segera terlihat, dan masyarakat Batu Bara tidak akan segan-segan menuntut jika hasilnya tidak sesuai harapan.

Kegagalan proyek ini bukan hanya soal material dan uang, tapi juga soal kepercayaan publik yang semakin menipis terhadap dinas tersebut.

Oleh karena itu, pengawasan dari masyarakat, media, dan lembaga hukum harus lebih ketat dari sebelumnya.

Jangan sampai, harapan yang sudah mulai tumbuh ini, kembali patah oleh sikap abai para pemangku kepentingan daerah ini." tutupnya. (Boy)

Berita Terkait