Batubara

Mandi Belimau Sambut Ramadhan, Sekda: Wabup Syafrizal Pemimpin Peduli Budaya

post-img
Foto : Menyambut bulan suci Ramadhan 1446 Hijriyah, Pemerintah Kabupaten Batu Bara bersama Gerakan Masyarakat Melayu Pesisir Nusantara menggelar tradisi mandi belimau di Pantai Sejarah, Selasa (25/02/2025)

LDberita.id - Batubara, Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan 1446 Hijriyah, Pemerintah Kabupaten Batu Bara bersama Gerakan Masyarakat Melayu Pesisir Nusantara menggelar tradisi mandi belimau di Pantai Sejarah, Selasa (25/02/2025).

Acara dihadiri oleh Wakil Bupati Batu Bara Syafrizal, SE, M.AP., yang mewakili Bupati Batu Bara H. Baharuddin Siagian, SH, M.Si. Sekretaris Daerah (Sekda) Batu Bara, Norma Deli Siregar, turut memberikan apresiasi tinggi terhadap peran serta Wabup Syafrizal dalam menjaga dan melestarikan budaya daerah.

Apresiasi Sekda Batu Bara: Wabup Syafrizal sebagai Sosok Pemimpin Peduli Budaya

Dalam sambutannya, Sekda Norma Deli Siregar menyampaikan penghargaan khusus kepada Wakil Bupati Syafrizal atas dedikasi dan kepeduliannya terhadap pelestarian tradisi mandi belimau.

Menurutnya, kehadiran dan keterlibatan langsung Wabup dalam kegiatan ini menunjukkan komitmennya dalam menjaga identitas budaya masyarakat Batu Bara.

"Wakil Bupati Syafrizal telah menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa dengan hadir langsung dan berpartisipasi dalam prosesi mandi belimau.

Ini adalah bukti nyata bahwa beliau tidak hanya mengayomi masyarakat secara administratif, tetapi juga secara budaya dan spiritual. Kami sangat mengapresiasi beliau yang terus berupaya menjaga warisan leluhur ini," ujar Sekda Norma Deli Siregar.

Lebih lanjut, Sekda menegaskan bahwa tradisi mandi belimau bukan sekadar ritual, tetapi juga memiliki makna filosofis yang dalam, yaitu sebagai simbol pembersihan diri, baik lahir maupun batin, dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

Dengan hadirnya pemimpin yang peduli terhadap budaya seperti Wabup Syafrizal, Sekda yakin bahwa nilai-nilai adat dan tradisi akan terus lestari dan menjadi kebanggaan masyarakat Batu Bara.

Tradisi Mandi Belimau: Merajut Kebersamaan Menyambut Ramadhan

Acara ini diawali dengan penyambutan Wakil Bupati Syafrizal melalui tarian persembahan dan aksi pencak silat khas Melayu, yang mencerminkan kekayaan budaya pesisir.

Setelah itu, dilanjutkan dengan kenduri mogang, yaitu makan bersama yang melambangkan kebersamaan dan rasa syukur.

Pada kesempatan tersebut, pemerintah daerah juga menyerahkan santunan kepada anak yatim-piatu serta membagikan daging sapi kepada masyarakat sekitar Pantai Sejarah.

Menurut budayawan Buyung Morna, tradisi mogang di Batu Bara merupakan adaptasi dari tradisi meugang di Aceh yang telah ada sejak tahun 1728 M.

"Ini adalah bagian dari identitas budaya yang harus kita jaga bersama. Apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Batu Bara, khususnya Wakil Bupati Syafrizal, yang terus mendorong pelestarian budaya ini," tuturnya.

Puncak acara ditandai dengan prosesi mandi belimau, di mana Wakil Bupati Syafrizal, Sekda Norma Deli Siregar, Ketua TP PKK Batu Bara Ny. Henny Heridawaty Pohan, serta Ketua Bidang 1 TP PKK Ny. Leli dimandikan belimau oleh Ketua PD Al-Washliyah Ustadz Al Asari dan Ketua MUI Ustadz Hidayat.

Dalam kesempatan itu, Wakil Bupati Syafrizal menegaskan bahwa mandi belimau merupakan tradisi yang memiliki nilai luhur dan perlu terus dilestarikan.

"Filosofi dari tradisi ini adalah menyucikan diri sebelum memasuki bulan penuh berkah. Ini adalah wujud rasa syukur kita kepada Allah SWT agar dapat menjalani Ramadhan dengan penuh keikhlasan dan ketakwaan.

Tradisi ini juga menjadi pengingat bagi kita semua untuk tetap menjaga kebersihan hati dan mempererat persaudaraan," ujarnya.

Pemimpin yang Dekat dengan Tradisi, Masyarakat yang Berbudaya

Dengan keberhasilan penyelenggaraan tradisi mandi belimau tahun ini, masyarakat Batu Bara semakin siap menyambut bulan suci Ramadhan dengan semangat kebersamaan dan nilai-nilai luhur yang diwariskan para leluhur.

Apresiasi dari Sekda Norma Deli Siregar terhadap Wakil Bupati Syafrizal menjadi bukti bahwa kepemimpinan yang menghargai budaya adalah kunci dalam memperkuat jati diri daerah.

Kehadiran pemimpin yang tidak hanya berorientasi pada pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan nilai-nilai budaya dan spiritual, menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk terus menjaga adat istiadat yang telah diwariskan secara turun-temurun." tandasnya. (End)

Berita Terkait