Batubara

Harus Berapa Kali Petani Batu Bara Menangis Agar Gubernur Sumut Menepati Janji

post-img
Foto : Sinaga sala satu tokoh masyarakat setempat bersama Ketua Prabowo Mania 08 Kabupaten Batu Bara, Muhammad Rafik, saat melihat kondisi sungai Dalu-Dalu, Kecamatan Air Putih, Jumat (27/06/2025)

LDberita.id - Batubara, Sudah tiga pekan sejak Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, menginjakkan kaki di tanggul jebol Sei Dalu-Dalu, Kecamatan Air Putih, Batu Bara. Ia datang, melihat, dan seperti yang biasa terjadi dalam politik berjanji.

Tapi sayangnya, hingga kini, janji itu belum tumbuh, belum menyiram harapan petani, dan belum mengalirkan air ke sawah yang sudah dua tahun kering.

Dan lebih dari sekadar kealpaan, ini adalah sebuah ironi. Ketika Presiden terpilih Prabowo Subianto menjadikan ketahanan pangan sebagai prioritas utama nasional, Sumatera Utara justru mempertontonkan sebaliknya, sawah-sawah dibiarkan mati, irigasi rusak dibiarkan terbuka, dan petani dibiarkan bertanya apakah janji Gubernur hanya sekadar bagian dari strategi komunikasi.

Gubernur Sumut Bobby punya semua akses kekuasaan yang dibutuhkan untuk bergerak cepat, tapi di Batu Bara, yang terlihat hanyalah diam.

Tidak ada aksi konkret, tidak ada alat berat, tidak ada gotong royong bersama masyarakat seperti yang dijanjikan. Yang tersisa hanya foto dokumentasi kunjungan dan gema janji yang semakin sunyi.

“Kami tidak minta banyak, hanya air untuk menanam,” kata Pak Sinaga, tokoh masyarakat setempat. Tapi rupanya, itu terlalu sulit bagi gubernur yang digadang-gadang sebagai pemimpin muda progresif.

Jika ketahanan pangan adalah pilar utama visi Indonesia Emas 2045, maka kegagalan menyelamatkan irigasi di Batu Bara bukan hanya soal lokal ini adalah ancaman terhadap peta besar ketahanan pangan nasional. Bagaimana Sumatera Utara bisa menyumbang lumbung pangan nasional jika irigasi dasar saja tidak diprioritaskan.

Lebih menyakitkan lagi, ini bukan bencana baru. Tanggul jebol ini sudah dua tahun merusak harapan petani.

Dan kini, ketika Prabowo menyerukan program besar untuk membangun food estate, memperkuat produksi dalam negeri, dan mengurangi ketergantungan impor, justru kepala daerahnya sendiri gagal menjaga sawah rakyat tetap hidup.

Apa yang Gubernur Bobby ingin tunjukkan kepada Presiden Prabowo, Bahwa Sumut belum siap, Atau bahwa janji politik lebih penting dari keberlanjutan pangan.

Kepemimpinan bukan soal berkunjung, berpidato, lalu hilang. Kepemimpinan adalah soal keberanian mengambil keputusan saat rakyat menunggu.

Jika Gubernur Sumut tak segera mengambil langkah konkret, maka bukan hanya petani Batu Bara yang akan kecewa, tetapi juga seluruh mata rantai ketahanan pangan yang sedang dibangun oleh Presiden Prabowo bisa ikut terganggu." tandasnya. (Tim)

Berita Terkait