LDberita.id - Batubara, Penyaluran Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar Rp674 miliar oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara ke kabupaten/kota, Jumat (8/8/2025), memicu pertanyaan dari masyarakat Kabupaten Batu Bara.
Di tengah janji besar Gubernur Sumut Muhammad Bobby Afif Nasution untuk melunasi total utang DBH senilai Rp3,5 triliun tahun ini, petani di Desa Perupuk, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, justru mempertanyakan ke mana arah dana tersebut mengalir.
Husein, petani setempat, menyebut jalan pertanian di desanya sudah puluhan tahun rusak parah tanpa perbaikan. Padahal, jalur tersebut menjadi satu-satunya akses mengangkut hasil panen dari lahan menuju pasar.
“Kami dengar ratusan miliar DBH sudah disalurkan, tapi jalan petani di sini tak pernah tersentuh. Sejak saya bertani, jalannya ya begini: becek saat hujan, berdebu saat kemarau, dan penuh lubang sepanjang tahun,” ungkapnya.
Husein juga menuding pemerintah daerah gagal memahami esensi program ketahanan pangan yang kerap digembar-gemborkan pemerintah pusat dan provinsi.
“Bagaimana kami bisa mendukung program ketahanan pangan kalau jalan menuju lahan dan pasar saja dibiarkan hancur, Tanpa akses layak, hasil panen kami bisa membusuk sebelum dijual,” tegasnya.
Kerusakan jalan membuat ongkos angkut melonjak, harga jual hasil tani jatuh, dan pendapatan petani tergerus. Dampaknya, motivasi untuk meningkatkan produksi pun melemah.
Bobby Nasution dalam penyerahan DBH menegaskan bahwa penyaluran dana dimaksudkan untuk memperlancar pembangunan dan program pemerintah di semua tingkatan.
Namun, di Batu Bara, fakta di lapangan menunjukkan pembangunan tidak merata. Jalan pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi desa justru tak masuk prioritas, sementara proyek-proyek besar di pusat kota terus berjalan.
Warga Perupuk mendesak Pemkab Batu Bara agar menggunakan dana yang diterima dari provinsi untuk membenahi akses pertanian sebagai bagian nyata dari dukungan terhadap program nasional.
“Pemerintah sering bicara soal sinergi pusat-daerah, tapi kalau nasib petani tetap diabaikan, itu namanya bukan sinergi, melainkan ketimpangan,” tutup Husein. (Boy)
.jpg)





