Batubara

Netralitas KPU Batu Bara Diserang, Masyarakat Harus Cerdas Menilai dan Fokus pada Rekam Jejak Pemimpin

post-img
Foto : Ketua DPD KNPI Kabupaten Batu Bara, Ahmad Fatih Sultan

LDberita.id - Batubara, Menjelang Pilkada Serentak 2024 di Kabupaten Batu Bara, suhu politik semakin memanas dengan serangkaian tudingan dan isu yang dilontarkan untuk menggoyang integritas lembaga penyelenggara pemilu.

Salah satu yang paling mencuat adalah tuduhan terhadap Ketua KPU Batu Bara, Erwin, yang disebut-sebut berpihak pada salah satu pasangan calon.

Namun, tuduhan yang berasal dari tokoh pemuda Nazli Aulia ini segera dibantah tegas oleh Ketua DPD KNPI Batu Bara, Ahmad Fatih Sultan.

Dalam pernyataannya, Sultan tidak hanya menyebut tudingan itu sebagai fitnah belaka, tetapi juga menegaskan bahwa tuduhan seperti ini adalah senjata usang untuk mengalihkan perhatian dari isu substansial pemilu.

"Ini adalah permainan politik murahan yang justru menunjukkan kepanikan pihak tertentu. KPU bekerja dengan kolektif-kolegial, dan keputusan tidak bisa diambil oleh satu orang saja.

Tuduhan tak berdasar ini hanya upaya untuk menyesatkan masyarakat, agar mereka tak fokus pada tugas utama mereka, memilih pemimpin yang bersih dan amanah, Rabu, 16 Oktober 2024.

Sementara tudingan tidak netralnya KPU mencoba mengaburkan peta politik, pengamat politik Fahri Maesah mengingatkan bahwa ini adalah langkah berbahaya yang bisa merusak demokrasi.

Menurutnya, alih-alih terseret dalam isu ini, masyarakat harus lebih cerdas dalam menilai rekam jejak calon pemimpin.

Fahri menyebut bahwa ada calon pemimpin kita yang meski sudah jelas tersandung masalah hukum, tetap mencalonkan diri dengan gaya seolah-olah mereka bersih.

"Ada yang berstatus tersangka dan pernah terjerat masalah serius, namun masih saja berkampanye seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Ini yang sebenarnya harus diwaspadai dan menjadi tugas kita bersama dalam mencerdaskan mereka, masyarakat harus lebih kritis terhadap calon-calon semacam ini dan tak boleh terbuai oleh retorika populis mereka," tegas Fahri, di lima Puluh, Kamis (17/2024).

Menurut Fahri, manipulasi opini publik dengan isu netralitas KPU adalah pengalihan dari realitas yang lebih mengkhawatirkan masyarakat, calon-calon bermasalah yang masih berambisi menduduki kursi kekuasaan.

Ia mengingatkan bahwa masyarakat perlu waspada terhadap para politisi yang menggunakan uang dan pengaruh untuk menutupi skandal masa lalu mereka, alih-alih memperbaiki diri.

Isu lain yang tidak kalah berbahaya dalam Pilkada 2024 ini adalah potensi politik transaksional, di mana calon pemimpin menggunakan uang untuk membeli suara dan menjebak pemilih dalam lingkaran korupsi sejak awal.

Ahmad Fatih Sultan secara tegas mengecam praktik politik semacam ini, menyebutnya sebagai kanker yang merusak demokrasi dan memperburuk keadaan sosial-politik di Batu Bara.

"Jika kita membiarkan politik uang terus merajalela, maka kita telah menyerahkan masa depan kita pada orang-orang yang hanya peduli pada keuntungan pribadi, bukan kepentingan rakyat.

Pemimpin yang dibeli dengan uang akan mengkhianati rakyatnya begitu terpilih.

Itu sudah jelas. Maka, saya meminta masyarakat untuk menolak segala bentuk bujukan materi. Suara kita terlalu berharga untuk dijual," ujar Sultan dengan lantang.

Fahri Maesah mengingatkan bahwa pemimpin yang lahir dari politik transaksional atau yang memiliki catatan hitam dalam rekam jejaknya tidak akan mampu membawa perubahan positif. Sebaliknya, mereka akan menjerumuskan daerah dalam keterpurukan lebih dalam.

Fahri menekankan bahwa inilah saatnya masyarakat Batu Bara mengambil kendali, menolak semua tipu daya politik dan fokus memilih calon yang benar-benar bersih dan berkomitmen pada pembangunan.

“Kita butuh pemimpin yang bekerja untuk rakyat, bukan boneka oligarki atau pengusaha.

Tidak perlu malu untuk jujur ada kandidat yang hanya menggunakan popularitas tanpa substansi, dan ada yang jelas-jelas memiliki hubungan dengan pelaku korupsi. Jika kita ingin perubahan, kita harus berani menolak mereka,” tegasnya.

Menurut Fahri, saat ini adalah momen bagi masyarakat Batu Bara untuk tidak sekadar terlibat dalam pemilu, tetapi benar-benar memahami siapa yang mereka pilih.

Menjaga integritas Pilkada berarti bukan hanya mengandalkan KPU dan Bawaslu, tetapi seluruh elemen masyarakat harus ikut mengawasi jalannya pemilihan dan memastikan calon yang dipilih adalah yang terbaik, bukan yang paling vokal atau paling kaya.

Ahmad Fatih Sultan dan Fahri Maesah sepakat bahwa Pilkada bukanlah tentang siapa yang menang, melainkan bagaimana memastikan masa depan Batu Bara tidak jatuh ke tangan orang yang salah.

Mereka sama-sama menyatakan bahwa masyarakat harus lebih cermat dalam menyikapi segala persoalan yang penuh dengan permainan dan memilih pemimpin yang benar-benar bekerja untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk kepentingan golongan.

"Pemilu ini bukan tentang siapa yang bisa membeli suara terbanyak, tetapi siapa yang bisa menjaga amanah rakyat.

Jangan sampai kita terjebak dalam tipu daya politik transaksional. Kita harus bangkit dan memilih dengan hati nurani," pungkas Sultan.

Fahri, jika masyarakat gagal memilih pemimpin yang bersih, maka kita semua yang akan menanggung akibatnya.

Pilkada ini adalah titik balik, dan kita harus memilih dengan cerdas demi masa depan Batu Bara yang lebih baik."tandasnya. (End)

Berita Terkait