LDberita.id - Batubara, Ancaman Triple Burden Disease, yaitu keberadaan Penyakit Menular (Communicable Disease), tingginya angka kematian akibat Penyakit Tidak Menular (Non-Communicable Disease), serta munculnya Penyakit Baru yang Menginfeksi (New Emerging Infectious Disease), terus menjadi perhatian serius di seluruh wilayah Indonesia. Kabupaten Batu Bara, sebagai salah satu daerah yang terus berkembang, tidak luput dari tantangan besar ini.
Pengamat sosial Batu Bara, Ramli Sinaga, mengungkapkan keprihatinannya atas situasi kesehatan di Indonesia, termasuk di Batu Bara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dihimpun sejak 1 Januari 2017 hingga 2020/2022 dalam Long Form Sensus Penduduk, sebanyak 8,07 juta kasus kematian tercatat selama periode tersebut. katanya. Senin (14/10/2024).
Dari jumlah ini, sekitar 7,03 juta kematian disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM), seperti stroke, jantung iskemik, dan diabetes, yang kini menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa stroke menjadi penyebab utama kematian di Indonesia dengan 131,8 kasus per 100.000 penduduk, diikuti oleh jantung iskemik sebanyak 95,68 kasus, dan diabetes sebesar 40,78 kasus per 100.000 penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit tidak menular telah menggantikan dominasi penyakit menular sebagai pembunuh utama di Indonesia.
Lebih lanjut, Ramli juga menyoroti dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh penyakit-penyakit ini. Berdasarkan laporan BPJS Kesehatan tahun 2023, penyakit jantung menjadi penyakit dengan biaya penanganan tertinggi, mencapai Rp10,28 triliun.
Sementara itu, kanker membutuhkan biaya Rp3,54 triliun, dan stroke memakan biaya Rp2,55 triliun. Angka ini menggambarkan bagaimana beban ekonomi dari penyakit-penyakit ini terus membengkak, mempengaruhi ketersediaan anggaran kesehatan nasional dan daerah.
Kabupaten Batu Bara menghadapi tantangan tersendiri dalam menanggulangi beban penyakit tersebut.
Ramli menekankan bahwa meskipun pemerintah pusat telah melakukan berbagai upaya, pemerintah daerah Batu Bara perlu mengambil langkah lebih tegas dan strategis.
“Triple Burden Disease ini bukan hanya ancaman nasional, tetapi juga akan terjadi di daerah. Pemerintah Batu Bara harus bergerak cepat, terutama dalam mempersiapkan layanan kesehatan yang lebih baik dan mengedepankan upaya preventif serta promotif,” ujar Ramli.
Ia juga menegaskan pentingnya memperkuat fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia di sektor kesehatan, khususnya di Puskesmas, Pustu dan rumah sakit daerah, agar dapat merespon dengan lebih baik dalam menghadapi lonjakan kasus penyakit tidak menular dan penyakit menular baru yang muncul. Ramli juga menyoroti pentingnya edukasi masyarakat mengenai gaya hidup sehat sebagai langkah pencegahan.
Ramli mengharapkan adanya sinergi yang lebih kuat antara pemerintah daerah, sektor kesehatan, dan masyarakat dalam menanggulangi ancaman kesehatan ini.
“Kami berharap pemerintah daerah, khususnya Batu Bara, dapat merespon situasi ini dengan langkah-langkah tegas, mulai dari peningkatan fasilitas kesehatan hingga pelaksanaan program kesehatan masyarakat yang lebih komprehensif dan berkelanjutan,” tegasnya
Sebagai upaya antisipatif, Ramli menyarankan pemerintah untuk fokus pada penyediaan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, pustu yang mumpuni dan menggerakkan kampanye kesehatan yang masif di masyarakat. Edukasi mengenai pencegahan penyakit tidak menular melalui perubahan gaya hidup sehat, serta upaya deteksi dini penyakit, dinilai sangat penting untuk menekan angka kematian di masa depan.
Dengan lonjakan kasus penyakit tidak menular yang terus meningkat dan munculnya penyakit-penyakit baru, Kabupaten Batu Bara diharapkan dapat menjadi daerah yang tanggap dalam merespons ancaman kesehatan masyarakat.
Langkah-langkah yang diambil hari ini akan sangat menentukan kualitas kesehatan masyarakat Batu Bara di masa mendatang." tandasnya. (End)
.jpg)





