Politik

Gerindra Batu Bara Terkoyak, Ketika Kader Senior Kritik Tak Lagi Ruang untuk Hidup

post-img
Foto : Wakil Sekretaris Darwis, Wakil Sekretaris Siti Aisyah (Upik), hingga Wakil Penasehat Taufik Nurdin dari grup WhatsApp resmi DPC bukan sekadar tindakan administratif. Kamis (03/7/2025)

LDberita.id - Batubara, Kisruh internal yang kini mengguncang DPC Partai Gerindra Kabupaten Batu Bara bukan sekadar drama internal biasa. Ini adalah cermin retaknya kepemimpinan yang gagal membaca aspirasi kader, gagal menjaga soliditas, dan gagal menjaga marwah partai di parlemen daerah.

Pengeluaran sejumlah pengurus inti mulai dari Wakil Sekretaris Darwis, Wakil Sekretaris Siti Aisyah (Upik), hingga Wakil Penasehat Taufik Nurdin dari grup WhatsApp resmi DPC bukan sekadar tindakan administratif. Kamis (03/7/2025),

Ini adalah simbol matinya ruang dialog, pembunuhan karakter politik, dan pembungkaman kritik yang justru menjadi modal dasar keberlangsungan partai demokratis.

Alih-alih merangkul kritik untuk memperkuat barisan, Ketua DPC Gerindra Batu Bara justru memilih jalur singkat: menyingkirkan pengurus yang bersuara lantang. Padahal, suara-suara ini lahir dari kepedulian tulus agar Gerindra tetap tegak sebagai partai yang memegang teguh nilai kebangsaan, keterbukaan, dan keberanian bersikap.

Jika kita menilik sejarah Gerindra, partai ini dibangun di atas semangat patriotisme dan keberanian menegakkan keadilan. Namun, apa jadinya jika di tingkat daerah, justru marwah partai ini diinjak-injak oleh elit internal yang alergi kritik.

Lebih miris lagi, pengurus yang disingkirkan adalah figur-figur yang sudah berdarah-darah berjuang sejak awal Gerindra berdiri di Batu Bara.

Mereka adalah saksi hidup perjuangan di lapangan, saat menggalang suara rakyat, saat menjaga TPS, saat menahan hujan panas demi tegaknya bendera partai. Ironis, setelah pemilu usai, mereka justru diperlakukan bak kerikil yang harus disingkirkan.

Isu kegagalan menempatkan kader di kursi Wakil Pimpinan DPRD hanyalah puncak gunung es. Masalah utamanya adalah krisis kepemimpinan, ketidakmampuan membaca peta politik lokal, dan keengganan membangun komunikasi terbuka dengan kader.

Desakan kepada DPD Gerindra Sumut dan DPP Gerindra

Situasi ini sudah melewati garis merah. DPD Gerindra Sumatera Utara dan DPP Partai Gerindra tidak bisa lagi berdiam diri. Jika tidak segera diambil tindakan, bukan tidak mungkin kepercayaan publik dan kader di akar rumput akan runtuh.

Segera melakukan evaluasi total kepengurusan DPC Gerindra Batu Bara, termasuk mengganti Ketua DPC yang terbukti gagal menjaga soliditas.

Membentuk tim independen untuk mendengar langsung aspirasi para kader yang disingkirkan, agar suara mereka tidak mati di meja elite.

Menegakkan mekanisme disiplin partai yang demokratis, agar ke depan tidak lagi terjadi tindakan represif dan anti-kritik.

Merevitalisasi peran Gerindra di parlemen daerah, sehingga posisi Wakil Pimpinan DPRD tidak hanya sekadar kursi kosong yang menanti nasib.

Gerindra sebagai partai besar di tingkat nasional, tidak boleh membiarkan dinamika lokal yang berbau otoriter merusak citra perjuangan partai.

Jangan sampai, energi besar yang sudah dikumpulkan sejak Pilpres dan Pilkada terbuang percuma hanya karena segelintir elite yang haus kuasa dan lupa daratan.

Gerindra Batu Bara butuh pemimpin, bukan penguasa. Butuh pengayom, bukan pemecah belah. Butuh yang berjuang bersama, bukan yang membangun kerajaan pribadi.

Jika DPD dan DPP Gerindra serius menjaga marwah partai, inilah saat yang tepat untuk turun tangan. Jangan menunggu sampai kader dan simpatisan benar-benar kehilangan kepercayaan.

Karena sekali kepercayaan itu runtuh, akan sulit dibangun kembali, bahkan dengan segunung baliho atau seribu janji kampanye." tandasnya. (tim)

Berita Terkait