LDberita.id - Nasib ratusan dosen swasta di bawah naungan Kopertais Wil.IX Sumatera Utara, seperti anak tiri. Di saat semua elemen masyarakat menerima bantuan pandemi covid-19, para dosen swasta hanya bisa gigit jari, Ketika para dosen Negeri lancar menerima sertifikasi, malah sudah setahun mereka tidak menerima sertifikasi dosen (Serdos). Padahal, itu hak mereka.
Tragisnya, sekitar 285 dosen swasta di Sumatera Utara itu, hanya dijejaji janji-janji manis, Mulai dari pejabat di tingkat lokal sampai pejabat pusat. Sepertinya, memang ada upaya kesengejaan “membunuh, para dosen swasta itu secara pelan-pelan. Bayangkan, di saat pandemi seperti ini pun, hak mereka tak dicairkan.
Dosen STAI Samora Pematangsiantar, Sumut, Imran Simanjuntak, Kamis (29/7) menyatakan kondisi ini sangat menyakitkan.Sudah setahun sejak Juni 2020 sd Juli 2021, mereka belum menerima hak sertifikasi dosen.
Imran bercerita, kondisi ini diperparah saat pandemi corona yang harus dihadapi. Tidak ada bantuan apapun yang diberikan negara terhadap dosen perguruan tinggi Islam . Padahal, jika hak mereka dicairkan, bisa digunakan memperkuat imunitas tubuh.
"Tidak sedikit dosen yang sudah memiliki utang. Jangankan untuk meningkatkan imunitas tubuh, menenangkan diri dan pikiran untuk tidak terbebani atas janji-janji mereka aja sudah menjadi virus baru yang lebih hebat dari covid,” kata Imran.
Segala bentuk jenis bantuan yang digelontorkan pemerintah, tidak satu pun menyentuh dosen sebagai tenaga pengajar khususnya dosen perguruan tinggi Islam di Sumut. Mulai dari PKH, Kartu sembako, Bantuan khusus bahan pokok, bantuan subsidi upah, bantuan kuota data internet hanya jadi tontonan bagi dosen swasta.
Dibandingkan dengan dosen Perguruan Tinggi Islam Negeri, jelas kami mengalami didiskriminasi” jelas Imrabn yang juga Sekretaris PW ISNU Sumut ini.
Sekretaris Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Medan, Suhairy Lubis, cukup prihatin dengan kondisi ini. Makanya, Suhairy mendesak pemerintah agar segera mencairkan hak-hak dosen swasta tersebut.
"Pemasukan mereka Cuma dari situ. Bagaimana mereka menghidupi keluarga dan anak-anaknya jika hak mereka tidak diperhatikan. Mereka tak bisa hidup kalau cuma makan janji-janji," tegas Suhairy Lubis.
Ratusan dosen swasta di bawah naungan Kopertais Wil.IX Sumut ini memang sejak awal tahun 2021 sudah berjuang habis-habisan untuk mempoeroleh hak mereka. Mulai dari minta penjelasan Kopertais sampai berdialog dengan pejabat negara Pusat. Tapi,tokh hasilnya bohong belaka.
Mungkin, karena itu pula, sebahagian dosen sudah bvertekad bulat, jika sampai akhir Juli 2021, hak mereka juga tak dicairkan, mereka akan “berontak” besar-besaran, dan untuk yang terakhir kali. Tak terbayangkan apa yang akan terjadi, jika para dosen swasta yang sudah “kelaparan” itu, benar-benar mengamuk." pungkasnya. (Od)
.jpg)





