Saya ( Prof.Dr.Syahrin Harahap, MA) merasa beruntung dapat mengikuti acara Peringatan Detik-Detik Proklamasi kemerdekaan RI ke 76, 17 Agustus 2021. Selain asa seluruh rakyat yang kini ingin bersandar kepada Tuhan akibat deraan pandemi covid 19, juga do’a yang dibacakan Gusmen demikian indah, menggugah, dan menohok pada jeritan hati anak-anak negeri, bahkan anak-anak manusia di permukaan bumi.
Manusia memiliki kelemahan, manusia juga sering menyandarkan diri pada manusia lain. Tapi kini sandaran yang bersifat horizontal itu seakan membisu. Itulah sebabnya batin ingin bersandar pada ‘Maha Sandaran”, tempat bersandar para sandaran umat manusia termasuk “sandaran-sandaran sekunder”.
Gusmen tampaknya mewakili batin 270 juta rakyat negeri ini, dan bahkan anak-anak manusia di dunia. Menepati peringatan “Yang Maha Indah”. “Berdo’alah pada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas, (QS. 7/al-A’raf: 55)
Bahkan Allah mengingatkan: “Katakanlah hai Muhammad, tidaklah kalian mendapat perhatian dari Tuhan kalau bukan karena do’a kalian. Sesungguhnya kamu telah mendustakannya. Karena itulah adzab pasti menimpamu” (Ws.25/al-Furqon: 77).Usaha telah dilakukan, strategi telah diterapkan, koordinasi telah dijalankan, agar rakyat negeri ini selamat melewati wabah, yang ntah karena apa dan berakhirnya bagaimana.
Negeri ini sepakat di awal kemerdekaannya, bahwa untuk mengawal sila pertama falsafah negara serta ketundukan pada Yang Maha Pencipta, Departemen/Kementerian Agama dibentuk. Kini, di usia negara 76 tahun pemimpin negara meminta pimpinan Kementerian Agama untuk melangitkan do’a dan harapan, di tengah kesulitan, dan ternyata Gusmen memilih tema yang persis mewakili kita semua, “mensykuri dan menjaga keindahan”. Terima kasih Pak Menteri.
Bila dirunut ke hulu, diperhatikan ke hilir, benar, puncak ajaran Islam itu adalah keindahan. Allah itu Maha Indah, menyayangi keindahan.Dilihat secara demikian maka Tuhan telah membagi keindahannya dalam penciptaan Indonesia, dengan kekayaan dan keragamannya.
Dengan begitu seperti do’a Gusmen menyintai Indonesia bagian dari menyintai yang Maha Indah. Seperti disebut Kalam Azad, itulah sebabnya pujian (alhamdu) diletakkan pada ayat kedua, setelah basmalah dalam Ummul Qur’ân. ‘Alâ kulli hâl, terima kasih Pak Menteri. Semoga selalu sehat. Terima kasih atas bimbingannya. (Jas)
.jpg)





