LDberita.id - Deliserdang, Penutupan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 yang berlangsung di Stadion Utama Sport Centre Sumatera Utara, pada. Jumat (20/9/2024), membawa cerita sukses dalam penyelenggaraan.
Namun, di balik kemeriahan itu, sorotan publik tak bisa dihindari. Presiden Joko Widodo, yang seharusnya hadir memberikan apresiasi langsung, hanya mengirimkan pesan melalui Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy.
Bukan rahasia bahwa absennya kepala negara di acara sebesar PON XXI 2024, yang telah menjadi simbol persatuan dan kebanggaan nasional, mengundang berbagai pertanyaan dari kalangan masyarakat Sumatera Utara.
Mengapa presiden, yang selalu berbicara tentang pentingnya olahraga dan kebangkitan prestasi bangsa, memilih untuk tidak hadir secara langsung, Meskipun pesan apresiasi yang disampaikan oleh Menko PMK, tetap saja terasa janggal. Apresiasi setinggi-tingginya tanpa kehadiran pemimpin tertinggi di negeri ini.
Muhadjir Effendy, dalam kapasitasnya menyampaikan pesan Presiden, memberikan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam keberhasilan PON XXI Aceh-Sumut 2024.
Tetapi, sejauh mana penghargaan ini bisa terasa tulus jika sosok pemimpin yang di nanti-nantikan tidak meluangkan waktu untuk hadir di penutupan PON XXI Aceh-Sumut 2024, yang merupakan ajang olahraga terbesar di Indonesia, seharusnya menjadi prioritas untuk memberikan perhatian nyata terhadap kemajuan olahraga di Tanah Air khususnya di Sumatera Utara, ujar sala satu warga setempat yang enggan menyebutkan namanya.
Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Utara, Agus Fatoni, menyampaikan rasa terima kasih sekaligus permohonan maaf atas kekurangan selama acara.
Namun, mungkinkah salah satu kekurangan terbesar adalah ketidakhadiran presiden yang bisa saja menambah legitimasi dan semangat bagi para atlet, panitia, dan masyarakat Sumut-Aceh. Apakah dukungan moral hanya bisa disampaikan melalui perwakilan.
Ketua KONI, Letjen TNI Purn Marciano Norman, juga mengakui adanya dinamika selama pelaksanaan PON XXI 2024, tetapi apakah absennya presiden hanyalah bagian lain dari "dinamika" yang harus diterima begitu saja.
Meskipun berbagai pejabat tinggi hadir, seperti Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, tetap terasa ada kekosongan di puncak acara PON XXI yang jadi kebanggaan kita semua.
Penutupan PON XXI berlangsung meriah dengan pertunjukan budaya dan hiburan dari artis nasional, tetapi seberapa megah pun acara tersebut, ketidakhadiran presiden meninggalkan tanda tanya besar.
Bendera PON pun diserahkan kepada tuan rumah berikutnya, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan suasana yang seharusnya bisa lebih monumental jika dihadiri oleh pemimpin bangsa ini, yang berjanji membawa Indonesia ke puncak kejayaan olahraga.
Mungkin, absennya ini akan menjadi catatan tersendiri dalam sejarah PON 2024, sebuah ajang olahraga prestisius yang dirayakan dengan kemegahan, namun diselimuti oleh absennya sosok utama yang mestinya berada di tenga kerumunan para atlet kebanggaa kita.
Sementara itu, para atlet-atlet yang telah berjuang di lapangan hanya bisa berharap, di ajang mendatang, pemimpin mereka akan benar-benar hadir dan memberi dukungan langsung, bukan hanya pesan melalui orang lain." tandasnya. (Tim)