LDberita.id - Batubara, Ketika bangsa ini baru saja memperingati Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2025 dengan gegap gempita dan kata-kata manis tentang semangat persatuan, inovasi, dan kemajuan, di sudut sunyi Kabupaten Batu Bara tepatnya di Desa Perupuk, Kecamatan Lima Puluh Pesisir masih ada jalanan yang berlubang seperti ingatan pejabat terhadap nasib petani.
Jalan penghubung menuju Pematang Jernang, yang setiap hari dilalui oleh petani untuk mengangkut hasil bumi, tak ubahnya seperti jalur uji nyali.
Bertahun-tahun rusak, bergelombang, becek saat hujan, dan penuh lubang saat kering. Kondisi ini seakan menjadi simbol bahwa pembangunan tak pernah benar-benar menyentuh akar rumput atau dalam hal ini, akar lumpur.
"Di Batu Bara, kita bisa lihat sendiri, banyak jalan antar desa rusak parah, nyaris tak layak dilalui. Di sisi lain, sekolah pun kekurangan fasilitas. Sampai kapan masyarakat harus bersabar" ujar Ramli Sinaga, Minggu (25/5/2025),
Sungguh ironis. Pemerintah daerah fasih bicara soal "transformasi digital", "kolaborasi pembangunan", dan "ekonomi berkelanjutan", namun tampak gagap saat diminta sekadar menambal jalan desa yang jadi tumpuan hidup ribuan petani.
Semangat "bangkit bersama" yang digaungkan dalam upacara Hari Kebangkitan Nasional justru terdengar seperti olok-olok bagi mereka yang setiap hari berkubang lumpur karena pembangunan yang tak kunjung menyapa.
Jalan rusak bukan sekadar masalah kenyamanan. Ia adalah cermin dari prioritas. Bila jalan tani tak diperbaiki, bagaimana mungkin kita bicara ketahanan pangan," Bila akses ke sekolah dibiarkan rusak, bagaimana mungkin kita mendamba generasi emas.
Di tengah janji-janji politik dan retorika seremonial, masyarakat hanya ingin satu hal, jalan yang layak. Bukan yang mewah, bukan yang beraspal hotmix tahan 50 tahun. Cukup jalan yang bisa dilalui tanpa membuat motor terguling atau hasil panen tercecer di kubangan.
Mereka tidak meminta bulan dan bintang. Mereka hanya meminta pemerintah melihat dan bertindak.
Jika Hari Kebangkitan Nasional adalah momentum bersatu dan bergerak maju, maka jalan rusak di Batu Bara adalah tamparan realitas yang menyadarkan kita: belum semua daerah ikut bangkit. Sebagian masih tertinggal di lubang-lubang yang tak pernah ditambal." tandasnya. (Boy)
.jpg)





