Politik

Ketika Korlap Demo Malah Asik Bercanda Dengan Presiden Gus Dur di Istana

post-img
Foto : Cerita ini dikisahkan oleh Petrus, mantan sekjen PRD zaman Budiman Soedjatmiko

LDberita.id - Beberapa bulan setelah Gus Dur menjadi presiden (2000), beliau mengeluarkan kebijakan kenaikan harga BBM. Langsung saja membuat PRD bereaksi keras untuk menolak kebijakan tersebut.

Budiman Soetjatmiko yang baru saja dibebaskan dari penjara oleh Gus Dur, langsung akan memimpin aksi ke istana dengan melibatkan massa dari daerah (aksi nasional).

Aksi di arahkan di depan istana. Menuntut Pemerintahan Abdurrahman Wahid mencabut kebijakan kenaikan BBM.
Setelah orasi dengan nada tinggi dan kecaman panas yang dialamatkan kepada Presiden Gus Dur, maka datanglah staf Istana berbaju militer. Mereka meminta ada perwakilan para pendemo karena presiden mau menemuinya.

Maka masuk lah aku (Petrus, Sekjend PRD Era Budiman Soedjatmiko), Budiman Soedjatmiko dan Faiso Reza ke istana ke ruang kerja Presiden Abdurrahman Wahid. Selain Gus Dur, juga sudah ada Bondan Gunawan (Menteri Sekretaris Negara) di ruang tersebut.
“Halo Bud, kabarmu piye? Enak enak to sudah bebas dari penjara?” ujar sang presiden dengan tertawa.

Karena suasana cair, Budiman juga jawabnya santai.
“Enak Gus Dur, Paling tidak bisa jalan-jalan ke istana,” ujar Ketum PRD dengan tertawa juga.

“Walah, kalau mau ketemu aku kok pakai ngerahkan massa. Lha mbok tinggal telpon ke aku. Setiap malam juga kamu boleh datang ke sini untuk ngobrol,” jawab Gus Dur juga dengan tawanya yang khas.

Kami semua akhirnya tidak membicarakan tuntutan aksi PRD, malah larut ngobrol dan banyol. Jurus Budiman banyol selalu bisa dibalas oleh Gus Dur dengan banyolan juga." Maka lima orang dalam ruangan itu lebih banyak ketawanya.

Ketika sudah lama ngobrol ke sana kemari, saatnya pertemuan usai.

“Nanti kalau dibawah ada konfrensi pers, lalu hasil pertemuan ini apa Gus Dur?” tanya Budiman.

“Kalian karang aja lah." Aku manut apa yang kalian ucapkan ke wartawan,” jawab Gus Dur dengan tawa lebih kenceng. Lalu kami keluar ruangan sambil garuk-garuk kepala. Dan ngakak sekencang-kencangnya setelah yakin tidak terdengar lagi oleh Gus Dur. (***)
 

Berita Terkait