LDberita.id - Medan, Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA-PMII) akan menggelar Musyawarah Nasional (Munas) VII di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta dengan tema "Aktualisasi Potensi dan Memperkuat Konsolidasi untuk Mewujudkan Kepentingan Nasional"
Munas ini bukan hanya menjadi ajang suksesi kepemimpinan, tetapi juga momentum bagi IKA-PMII untuk memperkuat peran strategisnya dalam mengkonsolidasikan alumni PMII di berbagai sektor, baik politik, akademik, maupun sosial-budaya.
Dinamika politik dalam Munas VII semakin mengemuka dengan munculnya berbagai kandidat Ketua Umum Pengurus Besar (PB) IKA-PMII, yang berasal dari beragam latar belakang, seperti menteri kabinet, legislator, akademisi, pakar, serta pengurus IKA-PMII di daerah.
Salah satu nama yang mendapat sorotan adalah Muhammad Safrizal Almalik, Ketua Umum PC IKA-PMII Kota Medan.
Dukungan terhadapnya pertama kali disampaikan oleh Ketua PC IKA-PMII Kabupaten Deli Serdang, Yusrizal alias Miduk, yang menilai Safrizal sebagai figur yang tepat untuk memimpin PB IKA-PMII ke depan.
"Beliau memiliki komunikasi yang baik dengan berbagai tokoh mahasiswa, ormas, dan OKP tingkat nasional, serta hubungan erat dengan petinggi TNI, Polri, kementerian, dan lembaga pemerintahan pusat.
Selain itu, kedekatannya dengan berbagai tarekat dan kepemilikan jamaah ahli zikir yang tersebar luas semakin menguatkan kapasitas kepemimpinannya," ujar Yusrizal dalam keterangan tertulisnya.
Yusrizal juga mengingatkan seluruh Ketua PC IKA-PMII se-Indonesia agar menghindari kontestasi yang tidak fair dan memilih pemimpin berdasarkan kapasitas serta integritasnya.
Analisis Akademik: Tantangan dan Arah Baru IKA-PMII
Sebagai organisasi alumni yang memiliki akar kuat dalam gerakan mahasiswa Islam, IKA-PMII memiliki tanggung jawab besar dalam menciptakan kepemimpinan yang progresif, independen, dan berdampak luas bagi bangsa.
Pemilihan Ketua Umum PB IKA-PMII bukan hanya soal regenerasi kepemimpinan, tetapi juga mencerminkan dinamika yang lebih luas dalam konstelasi politik nasional dan gerakan intelektual Islam di Indonesia.
Beberapa tantangan utama yang dihadapi kepemimpinan IKA-PMII ke depan adalah.
IKA-PMII harus tetap menjadi wadah penguatan intelektual dan pengabdian sosial, bukan sekadar alat mobilisasi politik bagi kepentingan kelompok tertentu.
Dengan meningkatnya keterlibatan elite politik dalam organisasi, tantangan terbesar adalah memastikan independensi organisasi tetap terjaga.
IKA-PMII memiliki jaringan alumni yang tersebar di berbagai bidang, mulai dari birokrasi, akademisi, hingga sektor swasta.
Namun, diperlukan kepemimpinan yang mampu mengkonsolidasikan potensi ini menjadi kekuatan yang nyata bagi pembangunan bangsa.
Sebagai organisasi yang lahir dari gerakan mahasiswa, IKA-PMII harus memiliki peran aktif dalam advokasi kebijakan publik, terutama dalam pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan kebijakan sosial yang inklusif. Pemimpin yang terpilih harus mampu memanfaatkan jejaring alumni untuk berkontribusi dalam merumuskan kebijakan yang berdampak luas.
Pernyataan Yusrizal yang menyoroti pentingnya kontestasi yang fair dalam Munas VII menunjukkan adanya kekhawatiran terhadap kemungkinan politisasi dan praktik transaksional dalam pemilihan Ketua Umum PB IKA-PMII.
Sejarah menunjukkan bahwa organisasi alumni sering kali menjadi ajang tarik-menarik kepentingan politik, terutama menjelang tahun politik seperti Pilkada 2025 dan Pemilu 2029.
Jika tidak dikelola dengan baik, Munas VII berisiko menjadi ajang perebutan kekuasaan yang lebih didasarkan pada afiliasi politik ketimbang visi strategis organisasi.
Untuk itu, ada beberapa langkah yang dapat diambil guna menjaga integritas pemilihan
Mekanisme Pemilihan yang Transparan, Pemilihan Ketua Umum PB IKA-PMII harus didasarkan pada proses yang demokratis, transparan, dan bebas dari intervensi politik praktis.
Para kandidat harus diuji berdasarkan gagasan, program kerja, dan rekam jejak mereka dalam memperjuangkan kepentingan organisasi.
Munas harus menjadi ajang konsolidasi, bukan perpecahan. Persaingan antar-kandidat harus tetap dalam bingkai kebersamaan dan komitmen terhadap visi besar IKA-PMII.
Munas VII IKA-PMII merupakan momentum penting dalam menentukan arah organisasi ke depan. Pemimpin yang terpilih harus mampu menjawab tantangan zaman dengan mengusung visi yang inklusif, membangun sinergi alumni, dan menjaga independensi organisasi dari kepentingan politik pragmatis.
Sebagai salah satu organisasi alumni Islam terbesar di Indonesia, IKA-PMII memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam penguatan demokrasi, pengembangan ekonomi umat, dan advokasi kebijakan publik yang berpihak kepada rakyat.
Dalam konteks ini, seluruh peserta Munas diharapkan dapat memilih pemimpin yang tidak hanya memiliki jaringan politik yang luas, tetapi juga memiliki komitmen terhadap nilai-nilai perjuangan dan pengabdian kepada bangsa dan umat.
Sebagaimana disampaikan oleh Yusrizal, pemilihan Ketua Umum PB IKA-PMII harus dilakukan dengan hati nurani dan tanggung jawab moral, agar organisasi ini tetap menjadi wadah bagi lahirnya pemimpin-pemimpin yang berintegritas dan berorientasi pada kepentingan nasional." tandasnya. (Roy)
.jpg)





