Sosial

DI ZAMAN MODREN, AKANKAH MELAYU HILANG?

post-img
Foto : Oleh: Dr. Muhammad Faishal, M.Us (Dosen Sejarah Peradaban Islam UIN Sumatera Utara, Medan)

Saat ini kita berada di zaman modren, suatu zaman yang memiliki tahap kemajuan yang luar biasa dibandingkan dengan zaman sebelumnya bahkan filosof mengistilahkannya dengan zaman Post Modren yang berarti bahwa tingkat kemodrenan tersebut semakin mengalami kemajuan. Kehidupan modren dapat dikenali dengan cara berfikir manusianya, pola kehidupan, bahasa dan bahkan yang sangat ketera sekali adalah corak budaya yang menghiasi setiap sisi kehidupan manusia. Kemodrenan zaman memiliki aspek positif dan negatif. Aspek positif misalnya pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan lebih mudah dan efesien yang dibantu oleh peralatan canggih dan sebagainya. Aspek negatif misalnya kemodrenan berpotensi untuk menumbangkan ketradisionalan. Intinya adalah bagaimana kita merespon kemodrenan tersebut dalam setiap aspek kehidupan.

Dalam tulisan sederhana ini penulis fokuskan terhadap Kebudayaan Melayu Batu Bara. Sekitar awal abad 19 M masyarakat Batu Bara sudah mengharungi keseharian dengan pola kehidupan masyarakat pesisir pantai dan budaya yang ditonjolkan adalah kebudayaan Melayu. Hal tersebut berkesinambungan hingga abad ke 20. Batu Bara semakin hari semakin kental dengan kebudayaan Melayunya, hal itu terlihat dari bahasa yang digunakan, tutur sapa dalam pergaulan dan penggunaan media dalam acara-acara penting kekeluargaan. Dalam acara kekeluargaan misalnya masyarakat Melayu Batu Bara saat upacara pernikahan menggunakan media pencak silat dalam penyambutan pengantin datang, berpantun dalam upacara tunangan dan penghantaran serta bersenandung ketika menghibur tetamu yang datang.

Syair-syair yang digunakan dalam senandung pun mengandung makna pendidikan yang sangat tinggi, nasehat bagi pengantin dalam mengharungi rumah tangga dan kata-kata motivasi untuk kesuksesan pun hadir dalam setiap bait syair. Begitu pula dengan gerakan pencak silat yang diperagakan memiliki arti dalam setiap gerakan dan bukan hanya asal bergerak saja. Singkatnya masyarakat Melayu Batu Bara sebenarnya kaya akan budaya-budaya lokal yang semestinya harus tetap terjaga dan terlestarikan dengan baik sebagai warisan nenek moyang. Oleh karenanya kedatangan zaman modren ini jangan sampai melunturkan semangat masyarakat Melayu Batu Bara dalam mempertahankan budaya-budaya seni yang memiliki arti luar biasa tersebut.

Mempertahankan budaya tersebut bukan berarti kita tidak mengikuti kemodrenan zaman tetapi kita mengkalaborasikan kemodernan dengan budaya tradisional. Jika usaha ini dapat terlaksana maka kebudayaan yang sudah ratusan tahun tersebut akan terasa update dan tidak membosankan serta kelihatan lebih menarik dan unik di tengah-tengah zaman serba canggih ini. Usaha yang dapat kita jalankan dalam mempertahankan budaya tersebut adalah tetap menggunakan budaya Melayu dalam berbagai acara kekeluargaan seperti pernikahan, Sunat Rasul, Tasyakuran dan berbagai acara lainnya. Usaha ini tidak perlu menunggu dari tangan pemerintah daerah setempat karena dapat langsung disentuh oleh seluruh kalangan masyarakat Batu Bara dan jika pemerintah daerah pun menggunakan budaya Melayu dalam acara-acara resmi maupun tidak resmi di lingkungan pemerintahan maka akan melahirkan update culture dan kekentalan budaya Melayu di Tanah Batu Bara dapat menjadi icon emas di Indonesia dan Melayu Batu Bara kokoh menjadi sebuah peradaban. Istilah Melayu Takkan Hilang di Bumi dapat dibuktikan di tengah-tengah era modern ini.

Berita Terkait