Batubara

Darurat Irigasi 2 Tahun Terlantar, Petani Minta Gubernur Sumut Gunakan Dana Tanggap Darurat dan CSR

post-img
Foto : Muhammad Rafik

LDberita.id - Batubara, Kehadiran Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, melakukan peninjauan langsung ke lokasi tanggul jebol di aliran Sungai Dalu-Dalu, Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara. Kunjungan tersebut menjadi perhatian publik setelah bertahun-tahun persoalan tanggul ini dibiarkan tanpa penyelesaian yang nyata.

Akibat jebolnya tanggul, ribuan hektare sawah di wilayah tersebut kehilangan akses irigasi selama lebih dari dua tahun. Hal ini berdampak langsung pada petani yang mengalami gagal tanam berulang, kehilangan mata pencaharian, dan terpuruk dalam kemiskinan struktural yang berkepanjangan.

Menyikapi kunjungan tersebut, Ketua Prabowo Mania 08 Batu Bara, Rafik, menyambut positif langkah Gubernur namun menegaskan bahwa yang dibutuhkan masyarakat bukan sekadar kunjungan simbolik, melainkan tindakan cepat dan nyata, ujarnya. Sabtu (14/6/2025),

“Kami tidak ingin masalah ini terus berlarut hanya karena alasan prosedur APBD yang rumit. Ini sudah termasuk darurat. Kami berharap Gubernur dan Bupati untuk segera menggunakan dana tanggap darurat dan menggerakkan dana CSR dari perusahaan-perusahaan sekitar, demi menyelamatkan nasib ribuan petani yang terhenti aktivitas bertaninya selama dua tahun,” ujar Rafik.

Ia menekankan bahwa krisis ini bukan hanya soal infrastruktur, melainkan soal kehidupan dan penghidupan masyarakat tani Batu Bara, karena itu, solusi tidak boleh lagi ditunda.

“Dana CSR bukan hanya untuk kegiatan seremonial perusahaan saja. Ini saatnya perusahaan-perusahaan yang ada di Batu Bara menunjukkan tanggung jawab sosialnya. Pemerintah harus menginisiasi kolaborasi konkret antara pemda, pelaku usaha, dan masyarakat,” tambahnya.

Rafik juga mendorong agar pemerintah daerah tidak ragu menetapkan status tanggul jebol ini sebagai darurat agraria dan bencana sosial, agar pembiayaannya bisa segera ditangani melalui Belanja Tak Terduga (BTT) atau pos dana darurat lainnya yang memang disiapkan untuk situasi seperti ini.

Selain itu, ia mengusulkan skema gotong royong yang terkoordinasi sebagai solusi sementara, sembari menunggu perbaikan permanen.

“Kita bisa mulai dari yang sederhana seperti menimbun dengan material seadanya, mengerahkan alat berat yang ada, dan melibatkan perusahaan sekitar. Asal ada niat dan komando dari pemerintah, rakyat siap bekerja,” tegas Rafik.

Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari Pemprov Sumut terkait langkah tindak lanjut setelah kunjungan Gubernur. Namun masyarakat Batu Bara berharap agar kunjungan ini tidak berakhir sebagai dokumentasi semata, melainkan menjadi titik awal penyelamatan masa depan pertanian daerah.

“Ini soal perut rakyat, jangan tunda-tunda gunakan dana CSR, dan dana tanggap darurat jangan biarkan petani Batu Bara terus menunggu dalam ketidakpastian,” tutup Rafik. (End)

Berita Terkait