LDberita.id - Batubara, Usai menjalani Retret Kepemimpinan Kepala Daerah selama delapan hari di Akademi Militer (Akmil) Lembah Tidar, Magelang, Bupati Batu Bara H. Baharuddin Siagian, SH, M.Si dan Wakil Bupati Syafrizal, SE, M.AP tiba kembali di Kabupaten Batu Bara, Sabtu (1/03/2025).
Kedatangan keduanya disambut antusias oleh Sekda Norma Deli Siregar, para Kepala OPD, Camat, Ketua PD Al Washliyah, Ketua APDESI, Ketua Ormas, Tim Kutung-Katang, serta para simpatisan di Aula Rumah Dinas Bupati, Komplek Inalum, Sei Suka.
Sebagai bentuk kepedulian sosial, kepulangan Bupati dan Wakil Bupati diawali dengan pemberian santunan dan paket sembako kepada puluhan anak yatim-piatu.
Dalam sambutannya, Sekda Norma menegaskan bahwa seluruh sektor pemerintahan akan mendukung visi-misi Bahar-Syafrizal demi mewujudkan Kabupaten Batu Bara Berkah, Bahagia.
Bupati Bahar sendiri mengungkapkan bahwa selama retret kepemimpinan, ia banyak mendapatkan ilmu dan pengalaman langsung dari Presiden Prabowo Subianto, Wakil Presiden, serta para menteri.
Ia pun menekankan pentingnya soliditas OPD dan ASN dalam bekerja serta berjanji untuk segera mengeksekusi Program Asta Cita, yang berfokus pada gizi nasional, ketahanan pangan, kesehatan, pendidikan, pembangunan, dan hilirisasi industri.
Namun, pernyataan Bupati tersebut mendapat tanggapan dari Rudi Harmoko, SH, Koordinator Forum Masyarakat untuk Transparansi dan Keadilan Sosial (Formatsu).
Menurutnya, pelaksanaan Program Asta Cita di Batu Bara berpotensi hanya menjadi wacana kosong jika pemerintah daerah tidak segera menyelesaikan persoalan mendasar di sektor pertanian dan perkebunan.
"Bagaimana mungkin kita berbicara soal ketahanan pangan jika Dinas Pertanian dan Perkebunan Batu Bara saja tak mampu mengurus petani.
Seharusnya sebelum bicara eksekusi Asta Cita, Bupati menyelesaikan dulu masalah pertanian yang selama ini dikeluhkan masyarakat," tegas Rudi
Ia menambahkan bahwa para petani di Batu Bara masih kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi, bibit unggul, serta akses pemasaran yang layak. Bahkan, infrastruktur pertanian seperti irigasi dan jalan produksi di banyak wilayah masih terbengkalai.
Tak hanya itu, Rudi juga mempertanyakan transparansi penggunaan dana penghapusan kemiskinan sebesar Rp2 miliar yang dialokasikan untuk petani di Batu Bara.
"Masyarakat pasti akan mendukung program-program yang baik dari Pemkab Batu Bara, tapi buktikan dulu. Rp2 miliar untuk penghapusan kemiskinan petani itu sudah dipakai untuk apa?, Apa yang sudah dihasilkan oleh dinas terkait? Jangan sampai uang habis, tapi petani tetap sengsara," tegasnya.
Formatsu mendesak Pemkab Batu Bara untuk segera melakukan evaluasi kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan serta memastikan bahwa program pemerintah benar-benar dirasakan oleh rakyat.
Di tengah ambisi besar menjalankan Asta Cita, pertanyaan mendasar tetap menggantung." Apakah Pemkab Batu Bara benar-benar siap mengeksekusi program nasional ini, atau hanya sekadar beretorika tanpa realisasi." tandasnya. (Boy)
.jpg)





