Sumut

Mengingat Bung Karno Di Tengah Pandemi

post-img
Foto : Oleh : Dio Yusuf Fatwa (Siswa Kelas XII IPS 1 SMAS Harapan Mandiri, Medan)

LDberita - Kala Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) mencengkeram negeri, semua orang seakan gagap mencari pegangan. Arus globalisasi dan modernisasi yang sungguh pesat telah mendorong berlangsungnya penyeragaman (homogenisasi) unsur-unsur budaya dengan berpatokan pada peradaban Barat, sehingga kearifan dan kebijakan lokal seakan terlupakan. Gelombang perubahan yang demikian agresif telah melunturkan keyakinan pada nilai dan norma hingga, ketika krisis terjadi, tak ada lagi pedoman yang dapat dijadikan acuan sikap serta perilaku.
Apakah yang tersisa? Sejatinya, jika bersedia menyimak lebih cermat, masih ada pemikiran, petuah bijak, dan keteladanan para tokoh yang patut diangkat sebagai pedoman penanggulangan pandemi Covid-19. Salah satu tokoh dimaksud adalah Bung Karno, proklamator kemerdekaan Indonesia, berjuluk Putra Sang Fajar sekaligus Pemikir Besar dari Timur yang telah menerima 26 gelar doktor honoris causa dari perguruan dalam dan luar negeri.
Mengingat banyaknya pemilih yang mendukung PDI Perjuangan (partai pengusung tugas menjabarkan, menyebarluaskan dan membumikan ajaran Bung Karno dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara), yakni sebanyak 27.053.961 atau setara dengan 19,33 persen dari total 139.971.260 suara sah pada pemilu legislatif tahun 2019 lalu, diyakini pemikiran Bung Karno masih dicintai serta dapat diterimaoleh masyarakat.
Bung Karno pernah berucap bahwa, “Karena kekuasaan yang langgeng hanya kekuasaan rakyat. Dan, diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” Ketika menghadapi Covid-19, semua orang mempunyai kemungkinan untuk selamat ataupun tewas. Oleh karenanya, yang harus dilakukan adalah menyandarkan diri kepada kekuasaanNya dan berikhtiar meningkatkan peluang selamat dari pandemi. Ikhtiar dimaksud, misalnya, berdiam di rumah jika tidak ada keperluan yang benar-benar mendesak untuk bepergian, mengenakan masker, rajin mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, hingga menggunakan hand sanitizer bila tak tersedia wastafel. Siapa pun hendaknya tak merasa paling beriman atau berilmu, sehingga melanggar ketentuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) maupun AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru) dari ulil amri, menyalahi fatwa para alim ulama dalam wadah MUI (Majelis Ulama Indonesia), atau menyimpang dari himbauan tokoh berbagai agama, sebab tindakan ini sama artinya menantang maut.
Bung Karno mengingatkan pula agar, “Berjuanglah terus dengan mengucurkan banyak-banyak keringat.” Jika dihubungkan terhadap kondisi pandemi, maka jelas bahwa keselamatan dunia maupun akhirat hanya akan menjadi milik orang-orang yang teguh berjuang mengendalikan hawa nafsu. Jangan berharap tetap sehat bila masih gemar memadati pusat perbelanjaan tanpa physical distancing demi memuaskan hasrat konsumtif. Jangan berkeinginan selamat apabila mengikuti sesat pikir segelintir celebgram atau YouTubertentang Covid-19 guna melampiaskan ambisi kekinian dan trendi. Jangan bermimpi terhindar dari Covid-19 jika tetap memaksakan diri mudik atau bepergian keluar kota memanfaatkan jasa travel gelap.
Jangan berkhayal bisa kokoh mengarungi samudra pandemi bila acap mengabaikan kewajiban menggunakan masker akibat ketidaknyamanan atau terusiknya estetika. Semua orang hanya dapat tetap sehat dan selamat jika gigih berjuang mempertahankan pengendalian diri serta bergiat menimba ilmu dari para ahli kesehatan juga tokoh tepercaya melalui berbagai media.
Dalam peringatan Nuzulul Quran di Istana Negara pada 6 Maret 1961, Bung Karno berujar, “Alquran mendatangkan revolusi batin manusia. Alquran mendatangkan revolusi dalam pandangan manusia terhadap Tuhan. Alquran mendatangkan revolusi ekonomi. Alquran mendatangkan revolusi mengenai hubungan manusia dengan manusia, dus revolusi sosial.
Alquran mendatangkan revolusi yang mengadakan perubahan mutlak, membentuk manusia baru. Alquran mendatangkan revolusi moral, moral yang meliputi seluruh dunia.”Ini bermakna bahwa umat Islam hendaknya kembali pada tuntunan Alquran demi menghadapi pandemi Covid-19, misalnya melalui kesediaan untuktidak hanya memikirkan kepentingannya sendiri, melainkan senantiasa mengupayakan kebaikan bagi banyak orang. Secara konkret, ini dapat dilakukan dengan taat berzakat.
Adapun zakat merupakan harta tertentu yang dikeluarkan apabila telah mencapai syarat yang diatur sesuai aturan agama, dikeluarkan kepada 8 asnaf (golongan) penerima zakat, yakni  fakir (mereka yang hampir tak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup), miskin (mereka yang memiliki harta, namun tidak cukup memenuhi kebutuhan dasar kehidupan), amil(mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat), mu’allaf (mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan guna menguatkan pada tauhid dan syariah), hamba sahaya (budak yang ingin memerdekakan dirinya), gharimin (mereka yang berutang guna kebutuhan hidup dalam mempertahankan jiwa dan izzah-nya), fisabilillah(mereka yang berjuang di jalan Allah melalui kegiatan dakwah, jihad, dan yang lain), hingga ibnu sabil (mereka yang kehabisan biaya di perjalanan ketaatan kepada Allah).Terkait keutamaan zakat, bahkan Bung Karno pun sampai merelakanpecinya untuk dilelang agar bisa berzakat bagi warga miskin di makam Sunan Giri.Semasa pandemi, fakir dan miskin dipastikan bertambah jumlahnya akibat terdampak Covid-19, maka ketaatan berzakat merupakan kekuatan besar yang mampu menyelamatkan sesama anak bangsa.
Apabila memiliki kesanggupan lebih besar, tiada salahnya pula berwakaf, yakni memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau pada jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum (pembangunan rumah sakit khusus Covid-19, pendirian ruang isolasi bagi orang dalam pemantauan maupun pasien dalam pengawasan, pengadaan alat kesehatan/alat pelindung diri, pengembangan vaksin atau pengobatan)seturut syariah. Dengan berwakaf, manusia tak hanya meraih rida Allah SWT dalam kehidupannya di dunia, melainkan jugamendapatkan pahala tiada terputus (H.R Muslim) serta digandakan wakafnya menjadi 10 kali lipat bahkan hingga 700 kali lipat oleh Allah SWT (Al-Baqarah: 261).
Dengan bijak, Bung Karno juga mendorong pemberantasan korupsi melalui Perpu No. 24/Prp/Tahun 1960 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi.Bila dikaitkan dengan penanggulangan pandemi Covid-19, maka siapa pun yang diberikan amanah untuk terlibat, haruslah mengembannya dengan penuh rasa tanggung jawab.
Tidak boleh ada niat terselubung demi memuaskan syahwat kekayaan, sehingga justru melakukan tindak korupsi ataupun penyelewengan apa pun. Jika semua kebijakan dan program terlaksana tuntas dan tepat sasaran, diharapkan Indonesia akan mampu secepatnya mengatasi pandemi sekaligus memasuki tatanan New Normal secara bermartabat.
Bung Karnopun memberikan perhatian besar pada dunia pendidikan. Beliau meyakini betapa, “Belajar tanpa berpikir itu tidaklah berguna, tapi berpikir tanpa belajar itu sangatlah berbahaya!”Oleh karenanya, kaum terpelajar selayaknya mencurahkan pemikirannya sebagai wujud kontribusi pada penanggulangan pandemi Covid-19 sesuai kapasitas dan kompetensi keilmuannya. Para praktisi Kedokteran dan Keperawatan bisa menyumbangkan keahliannya guna merawat pasien ataupun merumuskan protokol pencegahan Covid-19 yang memadai. Para pakar Virologi dapat tekun meneliti karakteristik Novel coronavirus hingga membuahkan vaksin atau obat mujarab. 
Para ilmuwan Sosiologi bisa mengkaji berbagai masalah sosial yang timbul akibat penerapan berbagai kebijakan penanggulangan pandemi, sekaligus merekomendasikan solusi terbaik. Para ahli Ekonomi dapat menganalisis dampak penutupan berbagai sektor usaha seiring meluasnya pandemi agar mampu merancang langkah-langkah pemulihan ekonomi secepatnya. Apa pun bidang ilmunya, yang terpenting adalah kesediaan berkolaborasi dengan semua pihak agar mendatangkan kebaikan bersama, sesuai sikap Bung Karno yang tak pernah membeda-bedakan dalam pergaulan serta bercita-cita mewujudkan suatu dunia dimana semua bangsa hidup dalam damai juga persaudaraan.
Bung Karno tak lalai pula menunjukkan sokongan penuh terhadap perjuangan hak perempuan, setelah kemerdekaan Indonesia seutuhnya berhasil digenggam. Beliau menjanjikan bahwa setelah negara terselamatkan, masyarakat adil dan sejahtera, maka perempuan pun akan bahagia dan merdeka. Ini jelas menegaskan pentingnya memberikan peran bagi perempuan dalam penanggulangan pandemi. Sebagai pendidik pertama dan utama, mereka bisa menanamkan pola hidup sehat dan bersih agar keluarga tak terjangkit Covid-19. Sebagai dokter dan perawat, kepekaan juga kelemahlembutan perempuan mungkin sedikit meringankan beban penyakit yang sedang ditanggung pasien positif Covid-19.
Sebagai petugas kepolisian atau anggota Satpol PP, himbauan mereka agar warga mematuhi ketentuan PSBB ataupun AKB lebih kecil kemungkinannya berujung bentrok atau perlawanan. Sebagai pengambil kebijakan, sikap penuh pertimbangan perempuan akan mencegahnya tergesa-gesa memutuskan hal apa pun menyangkut penanggulangan pandemi, tanpa terlebih dahulu mempertimbangkan segala aspek.
Pada akhirnya, Bung Karno amat menyanjung keberadaan dan peran para pemuda dalam membangun negeri. Dengan berapi-api beliau mengatakan, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia. Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia.” Mengingat besarnya harapan yang ditumpukan Bung Karno di pundaknya, para pemuda perlu secepatnya mengambil peran dalam upaya penanggulangan pandemi Covid-19.
Secara konkret, para pemuda bisa mendukung penanggulangan pandemimelalui pembuatan majalah dinding digital ataupun siniar (podcast) berisikearifan lokal dari suku-suku bangsa sepenjuru Indonesia yang tepat dipedomani semasa pandemi. Secara konkret, menyikapi pandemi Covid-19, semua orang haruslah sabar agar dikasihi Tuhan Yang Maha Esa (kearifan Jawa Timur, sing sabar lan ngalah dadi kekasih Allah), taat aturan dan bijak dalam bertindak (pepatah Yogyakarta, tata, titi, tentrem), juga saling tolong-menolong ketika menghadapi rintangan dan saling mengingatkan untuk menuju ke jalan yang benar (kearifan Sulawesi Selatan, rebba sipatokkong, mali siparappe, sirui menre tessirui nok, malilu sipakainge, maingeppi mupaja). Tentunya majalah dinding digital ataupun siniar (podcast) tersebut mesti dikemas memikat agar diminati oleh kaum muda yang gemar menggeluti segala hal kekinian dan trendi.
Contoh lainnya, para pemudi yang gemar memasak bisa menyajikan resep dan proses pembuatan kue tradisional, seperti Jong Labar (berbahan jagung manis, gula merah,parutan kelapa, garam, lada hitam) khas suku Karo di Sumatra Utara melalui aplikasi live streaming Periscope, Meerkat, atau Cliponyu. Melalui sedikit modifikasi, misalnya menggantikan gula merah dengan gula palem, coklat, keju, atau matcha, Jong Labar berpotensi dijual sebagai hidangan penutup yang menggugah selera. Selain itu, mereka bisa juga menggandeng nenek maupun ibu di rumah guna membantu mempraktikkan pembuatan jamu penguat imunitas tubuh (seperti kunyit asam, wedang susu rempah, wedang serai, wedang teh jahe, beras kencur, atau jakutes/jamu jahe, kunyit, temulawak, serai), yang pastinya amat diminati oleh sesama anak bangsa yang kian sadar pentingnya menjaga kesehatan supaya terhindar dari Covid-19.
Semua yang telah diuraikan di atas tentunya hanya sekelumit dari limpahan mata air pemikiran, kebajikan, dan kebijakan Bung Karno. Jika digali serta dihayati, sesungguhnya amat tepat dijadikan pedoman penanggulangan pandemi Covid-19 demi kebaikan juga keselamatan Indonesia. Bagaimanapun, mengutip pesan Bung Karno, negeri ini (Republik Indonesia), bukanlah milik suatu golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik suatu kelompok etnis, bukan juga milik suatu adat-istiadat tertentu, tapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke.Maka, mari senantiasa mengingat Bung Karno dan bergandengan tangan menghadapi terpaan pandemi.

(Artikel ini ditulis untuk Mengikuti Lomba Penulisan Artikel bertema Bung Karno yang diadakan oleh DPD PDI Perjuangan Sumut dalam rangka Memperingati Bulan Bung Karno).

Berita Terkait