LDberita.id - Batubara, Pemerintah Kabupaten Batu Bara merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-18 dengan menggelar kegiatan jalan santai dan senam sehat bersama.
Acara yang dihadiri ribuan peserta ini tampak meriah, dihiasi dengan berbagai hadiah menarik seperti sepeda, kulkas, dan televisi. Namun, di balik riuh rendah perayaan, pertanyaan mendasar muncul, sudahkah Batu Bara benar-benar "dewasa" di usianya yang ke-18.
Dimulai dari Simpang Kedai Sianam hingga Pantai Sejarah, jalan santai ini tampaknya menjadi momen pelepas penat bagi masyarakat.
Penjabat Bupati H. Heri Wahyudi Marpaung dalam sambutannya mengungkapkan harapan agar Batu Bara semakin maju dan diberkahi.
Namun, apakah doa ini cukup untuk menjawab berbagai masalah yang menumpuk selama hampir dua dekade.
Kabupaten Batu Bara, yang berdiri sejak 2006, seharusnya telah menunjukkan kemajuan signifikan.
Namun, realita yang ada justru menggambarkan wajah lain: infrastruktur yang buruk, layanan kesehatan yang merosot, dan angka kemiskinan yang masih mengkhawatirkan.
Sementara ribuan masyarakat berjalan santai dengan senyum mengembang, kondisi jalan di banyak desa, termasuk Simpang Kedai Sianam, masih berlubang dan kerap tergenang saat hujan.
Puskesmas Pembantu (Pustu) di Desa - Desa yang kondisinya memprihatinkan menjadi simbol nyata dari lemahnya prioritas pemerintah terhadap kebutuhan dasar masyarakat.
Anggaran miliaran rupiah yang digelontorkan untuk renovasi fasilitas kesehatan sering kali tidak berbanding lurus dengan kualitas hasilnya.
Apakah kebersamaan yang didengungkan dalam sambutan Pj. Bupati cukup untuk menjawab semua ini. Atau, apakah kebersamaan hanya akan terus menjadi jargon tanpa aksi nyata.
Panitia acara memang patut diapresiasi karena menyediakan hadiah-hadiah menarik.
Namun, di saat masyarakat Batu Bara bergembira atas sepeda dan kulkas, sebagian warganya mungkin masih kesulitan membeli kebutuhan pokok.
Tidak sedikit dari mereka yang bekerja keras di sektor informal tanpa jaminan sosial atau akses pendidikan yang memadai untuk anak-anak mereka.
Ironisnya, hadiah yang seharusnya menjadi simbol apresiasi justru mempertegas jurang antara simbolisme acara dan kebutuhan nyata masyarakat.
Di usia ke-18, Batu Bara sudah cukup lama untuk belajar dari sejarah dan mulai mengambil langkah besar menuju kemajuan.
Namun, perayaan seperti ini seakan menunjukkan bahwa Kabupaten Batu Bara hanya sibuk merayakan pertumbuhan tanpa benar-benar bertanya: apa makna kedewasaan bagi daerah ini.
Ketika lampu acara dipadamkan dan jalanan kembali sepi, warga Batu Bara tetap harus berhadapan dengan kenyataan.
Jalan yang rusak, fasilitas kesehatan yang terbengkalai, dan tantangan ekonomi yang belum juga terjawab.
HUT ke-18 ini seharusnya menjadi momen refleksi, bukan sekadar euforia.
Batu Bara tidak butuh acara seremonial yang gemerlap, tetapi kebijakan yang menyentuh langsung kebutuhan warganya.
Karena pada akhirnya, kemajuan sebuah daerah tidak diukur dari jumlah kupon undian yang dibagikan, tetapi dari seberapa banyak masalah yang berhasil diselesaikan. (Boy)